Dibuang sayang (fanfiction)
Jadi dulu waktu aku masih SMP itu sukak bangeeet sama yg berbau korea mulai dari drama korea, film, artis, variety show, etc. Sampe-sampe aku bikin fanfic buat ikut lomba di fanpage gituu yg ada di facebook biar dapet hadiah nonton konser SS4 kalo gak salah hahaha dulu waktu SMP cuma main facebook ama twitter doang sih masih alay-alay nya sekarang udah lenyap soalnya malu alay parah huhu. Intinya yaaa gitu deh daripada usang buat rumah-rumahan laba-laba di laptop aku taro di blog aja biar blog nya nggak sepi hehe. Yaudah itu ajasii alhamdulillah kalo ada yg mau baca wkwkw.
Tittle : Good Bye My Love...
Cast : *Cho Kyuhyun
* Han Hyun
Ri
* Jesicca
Jung
* Yoon A
* Lee
Donghae
“Hyun Ri!!” sahut Kyuhyun memeluk
leher Hyu Ri dari belakang. Hyun Ri tertawa kegelian
“Waeyo??” tanya Hyun Ri keheranan.
Kyuhyun membuka genggaman tangannya,
ada 2 buah cincin yang terbuat dari janur di sana. Cincin itu terlihat sangat
kecil dan lucu
“Wahh?! Bagus sekali, ini untukku?”
Hyun Ri tidak percaya Kyuhyun akan memberikan cincin buatannya untuk Hyu Ri.
Kyuhyun mengangguk, tersenyum lebar.
Lalu seperti pengantin yang saling bertukar cincin, Kyuhyun dan Hyu Ri memasang
cincin itu di jari manis mereka.
“aku janji, aku akan selalu jagain kamu, aku gak
akan ninggalin kamu” Kyuhyun sambil menggenggam tangan Hyun Ri.
Hyun Ri tersenyum lebar, ” gomawo”
ucap gadis berusia 6 tahun itu.
==================9
tahun kemudian=================
HYUN RI’s POV
Udara malam ini
sangat dingin, menusuk tulang.
Yang aku tunggu
akhirnya datang juga. Senyumku pun mengembang. Kulihat motor biru itu lewat di depan rumah. Bukan
motor itu yg membuatku senang, melainkan pengendaranya,Kyuhyun.
“Bremmmmmm....grrrgggg”
Aku terus mengamatinya hingga
menghilang di ujung jalan.
Tiba tiba...
Napasku sesak. Tangan dan kakiku
dingin. Dada ku sakit. Aku tak dapat menghirup udara dari hidungku.
Tanganku mencengkeram erat dadaku. Aku tak sanggup melakukan
apapun. Badanku gemeteran tak karuan.
Sesaat, terdengar olehku, eomma
memanggil dari balik pintu.
“Hyun Ri, kau belum tidur sayang?”
Aku ingin berteriak menjawab
panggilan eomma, namun tak ada suara yang keluar dari bibirku, kecuali hembusan
nafas yang tersenggal. “eomma!!” aku memanggil dalam hati.
Ku dengar suara langkah kakinya
memasuki kamarku. “Hyun Ri! Hyun Ri!” teriaknya panik. Mungkin eomma kaget
tidak mendapati ku di atas tempat tidur.
Aku ingin menjawab panggilannya,
tapi aku tak mampu. Aku terduduk lemas di pinggir balkon. Sesaat kemudian,
kurasakan ada yang membopongku masuk. untuk apa, yang jelas aku merasa nyaman
dengan posisi itu. Aku menghirup Inhaler yang
selalu kusimpan di balik bantal, lalu meminum obat yang sudah disiapkan eomma.
Eomma melumuri tubuhku dengan minyak kayu putih agar badanku hangat.
Aku sering merasa sakit seperti ini,
sesak napas bukan lagi sesuatu yang baru untukku. Asma, penyakit gr=enetik itu
telah mengendap akut didalam paruku..
*******
Umma, Hyun Ri
berangkat dulu ya.. hari ini seperti biasa aku nebeng appa, sebelum kekantor,
appa akan mengantarku lebih dulu.
Aku girang, nanti akan melewati
rumah Kyuhyun. Meskipun tiap hari lewat sana tapi aku tak pernah bosan. Cho
Kyuhyun alias Kyuhyun, adalah sahabatku, dia lahir 103 hari lebih tua dariku.
Rumah kami hanya berjarak satu blok.
Aku lewat didepan rumah Kyuhyun,
membayangkan baju apa yang Kyuhyun pakai hari ini, tambah ganteng kah? Tambah
putihkah? Ahhh, sepertinya sudah lama kami tak bertemu.
Aku menoleh, menatap rumah Kyuhyun.
Tak disangka Kyuhyun ada disana, menatapku. Kami saling bertatap. Aku harap dia
menyapaku, memberikan senyuman manisnya untukku. Namun itu semua hanyalah
harapan yang sia sia. Lagi lagi dia tak melirikku, bahkan memalingkan
wajahnya., pura rura tak melihatnya.
Kyuhyun benar benar berubah. Kemana
perginya Kyuhyun ku yang dulu? Aku rindu pada nya., Kyuhyun yang selalu ada
untukku dan berjanji selalu menjagaku. Padahal dulu, kemana mana selalu
bersama. Bermain, belajar, bersepeda, kami lakukan berdua. Sejak itu timbul
rasa yang aneh dihatiku, ada getaran yang berbeda saat aku melihatnya. Aku
mencintai Kyuhyun.
HYUN RI’s POV END / KYUHYUN’s POV
Aku Kyuhyun, Cho
Kyuhyun. Pemilik motor biru yang bikin tetangga melotot saat aku melewati depan
rumahnya, “suaranya terlalu lembut!’’ kata mereka suatu hari.
Cukup panggil aku Kyuhyun, aku anak
tunggal.
Jujur, aku tidak mempunyai
yeojachingu. Aku belum ada niat saja untuk mencari. Tak ada gunanya bagiku,
justru membuatku susah saja. Mungkin hanya beberapa yang sependapat denganku.
Saat ini, aku memang belum kepikiran
mempunyai yeojachingu tapi bukan berarti aku suka sama namja.aku rasa belum
saatnya saja.
Ddrrt ddrrt ddrrt... jesicca
calling.
“yoboseyo”, sahutku, mengapit ponsel
diantaratelinga dan pundakku, namun tetap dengan posisi tangan mencengkeram
mengemudi.
“yoboseyo” jawab sicca lembut. Oppa
kamu dimana? Aku sudah di depan rumahmu, tapi rumahmu terlihat sepi. Jadi tidak
menemaniku membeli buku Ensiklopedi Tanaman Sedunia?
“Aigoo, aku lupa ada janji. Mian
sica, jeongmal mianhe..”
Tidak ada jawaban, sepertinya
Jesicca marah sekali.
“Sicca, jangan marah, aku benar
benar lupa. Sekarang aku sedang mengantar umma appa ku untuk menjenguk
harabeoji nya Hyun Ri yang lagi dirawat dirumah sakit.
“Ne, gwaenchana.. nanti aku
berangkat sendiri saja”
Kami sudah sampai di rumah sakit,
tempat harabeoji dirawat. Dan, ternyata Hyun Ri sudah ada disana. Sebenarnya
aku malas bertemu dengan Hyun Ri, tapi aku harus memasang tampang seramah mungkin
di depan seluruh keluarganya, tapi mian saja.. tidak kepadanya. Saat bersalaman
aku hanya memandangnya datar. Entah apa yang dia pikirkan saat itu. Aku tak mau
tau, yang jelas aku tidak ingin membohongi perasaanku yang terasa tak nyaman
saat bersamanya.
Udara malam ini sangat dingin. Entah
beberapa derajat suhunya. Malam ini aku memakai jaket yang sedari tadi kusimpan
dalam tas.
Tiba tiba aku melihat appa nya Hyun
Ri tergopoh gopoh membopong Hyun Ri. Hyun Ri selalu saja begitu, kalo dingin,
selalu saja asmanya kambuh.
Hyun Ri emang agak bandelmenghadapi
penyakitnya. Sudah tau cuaca dingin kayak gini bisa bikin penyakitnya kambuh,
ehh tetap saja tidak memakai jaket. Sebel banget ngeliat orang seperti itu,
sakit tapi ngga niat pengin sembuh!
KYUHYUN’s POV
END / HYUN RI’s POV
Dear diary...
Cho Kyuhyun, segalanya serasa mimpi kemarin,
meskipun aku tahu, Kyuhyun mungkin terpaksa melakukan itu semua. Dia
membopongku saat aku pingsan, dan membawaku pulang sementara appa dan umma akan
pergi kerumah sahabat lamannya. Sicca, sahabatku yang menceritakan padaku. Aku tak tahu... mungkin itu semata mata buat
bantuin appa ku, tak lebih. Meski begitu, aku merasa senang., aku tak masalah,
meski dia selalu menjelek jelekkan aku. Asalkan aku masih bisa melihatnya tersenyum,
meskipun senyumannya bukan untukkku. Yaaah sudahlah..
Hari senin yang
selalu melelahkan. Harus berangkat lebih pagi untuk upacara, setelah itu
upacara pula. Walaupun aku dapat dipensasi nggak ikut pelajaran olahraga karena
penyakitku, ini. Bukannya senang, tapi aku jistru risih dengan perlakuan
istimewa ini.
“Penyakit Hyun Ri makin parah
kelihatannya, dia sering kambuh akhir akhir ini”. Sayup sayup kudengar obrolan
umma dan appa diruang keluarga, tak sengaja terdengar olehku saat aku melintas
disana. Aku berhenti,ingin mendengar lebih banyak lagi.
“Mungkin sudah waktunya chek up”.
Pinta appa ke umma. Seketika pandanganku kabur, air mataku siap siap meluncur.
“Maafkan Hyun Ri umma, appa. Selalu saja bikin masalah, nyusahin terus. Tapi
Hyun Ri juga tidak ingin begini terus., Hyun Ri pengin sehat!” ratapku dalam
hati.
Aku melirik arloji pink yang
melingkar di pergelangan tanganku. Waduh, udah hampir jam 4. Tergesa aku naik
ke kamarku ke lantai atas. Mengambil tasku. Sore ini aku ada janji belajar kelompok
dengan Sicca dan Yoona.
Sore ini, appa dan umma balik ke
Jakarta. Aku mau nunjukin ke mereka kalo aku sehat. Aku harus segar! Aku harus
fit! Tidak boleh terlihat pucat! Jadi, aku turun ke bawah sambil nyanyi nyanyi
dan menebar senyumku kepada mereka.
“Hyun Ri, nanti aku baca ya...
plisss!!!” rayu Yoona saat diruang ganti. Hari ini ada pelajaran olahraga. Aku
hanya menaikkan alisku, tanda setuju.
Yoona tau semua tentangku, dia teman
sebangku terbaik yang pernah kutemui. Kami selalu bertukar cerita. Berbeda
dengan Jesicca, dia selalu ingin tau cerita orang, tapi dia merahasiakan
kisahnya sendiri. Terkadang nyebelin, giliran aku bertanya siapa cowok yang dia
taksir, dia bahkan mengunci mulutnya rapat rapat. Ah, meski begitu, dia tetap
sahabatku.
“Trus kemarin gimana?” tanya Yoona
sambil menutup buku harianku. Sicca yang duduk di bangku depanku kontan menoleh.
Sepertinya dia juga tidak sabar mendengar ceritaku.
Hyun Ri, di panggil pak Lee,”
ucapSicca tiba tiba segera aku menghampiri pak Lee yang sudah siap dilapangan
olahraga.
“ada apa pak?” tanyaku.
“kata Sicca, hari ini kamu ikut
olahraga? Emangnya kamu sudah sembuh?”
“belum pak! Maksa ikut tuh pak!”
sahut Sicca.
“benar begitu Hyun Ri?” tanya pak
Lee menegaskan.
“Iya pak, saya ikut olahrga, saya
sudah sembuh kok pak” aku nggak menggubris ucapan Sicca.
“yakin?”
“yakin pak! 100%”
“oke, gabung sama yang lain”
“oke, gabung sama yang lain”
Aku tersenyum
ceria. Aku ingin membuktikan kalau aku bisa! Aku nggak selemah itu, apalagi
jadwal olahraga kelasku barengan sama kelasnya Kyuhyun.
Hari ini
olahraga basket. Alhamdulillah aku bisa ngikutin. Mendrible bola, shooting.
Kyuhyun emang keren banget. Pasti banyak yang naksir dia. Termasuk aku
tentunya...
Saat aku hendak
ke ruang ganti...
“Annyeong
Kyuhyun!” sapa Jesicca. Dan kulihat Kyuhyun tersenyum ramah kepadanya.
Aku iri sama
Jesicca. Nggak pernah Kyuhyun begitu kepadaku. Mungkinkah Kyuhyun suka sama
Sicca?
Ya ampun, kenapa
aku jadi ngerasa sebel banget sama Jesicca? Ini nggak bisa dibiarin, Jesicca
sahabatku.
*******
Esoknya, aku
bertemu dengan Yoona di sekolah. Buru buru dia menggamit lenganku dan membawaku
ke taman belakang sekolah kami.
“Kemarin, aku
nggak sengaja baca buku hariannya Sicca. Disitu tertulis dia suka sama Kyuhyun!
Tukas Yoona.
Aku nggak
berkomentar.
“Mianhae? Aku
salah bilang ke kamu. Maksudku bukan bikin kamu sama Sicca bertengkar, tapi aku
kasih tau, soalnya dari dulu aku tau kalo kamu suka sama Kyuhyun.
“Cinta itu hak
semua orang. Iya kan?” aku tersenyum. “annyeong” aku beranjak dari tempat
dudukku, meninggalkannya yang masih bengong melihat sikapku.
Tiba tiba aku
kangen banget sama Kyuhyun yang dulu, yang sayang sama aku, yang peduli sama
aku. Betapa indahnya masa itu..
“Hyun Ri, ntar
pulang sekolah jalan bareng yuk,” ajak Sicca yang membuyarkan lamunanku.
“Maaf aku sudah
ada janji” jawabku singkat
‘‘sama siapa?”
“Donghae”
jawabku agak ketus.
Sepertinya Sicca
tau aku lagi gak mood ngomong. Jadi dia memilih diam, nggak nanya nanya lagi.
Hyun Ri, jadi kan? Aku udah pulang.
Tunggu di depan saja!
Sender: Donghae
Sender: Donghae
Ne,
habis ini aku akan pulang.
To:
Donghae
Donghae adalah
teman curhatku. Dan kami beda sekolah. Kami berkenalan di toko buku. Saat itu
secara nggak sengaja kami berdua mengincar komik yang sama dan kebetulan juga
di rak tersebut hanya ada satu. Dia mengalah padaku, dengan syarat aku akan
meminjamkan komik itu padanya setelah selesai kubaca. Sejak saat itu kami
saling berhubungan, lewat telpon maupun sms. Donghae adalah teman yang baik dan
menyenangkan. Jauh berbeda dengan Kyuhyun.
Aku keluar dari
gerbang sekolahku. Donghe sudah menunggu di seberang jalan. Dia tampan. Diam
diam aku mengagumi Donghae.
Aku tersenyum
pada Donghae. Dan segera menghampirinya.
HYUN RI’s POV END / KYUHYUN’s POV
Tok tok tok!!
Ada suara orang mengetuk pintu kelasku.
“Annyeong
hasseo” terdengar suara yeoja dari luar kelas. Aku tau pasti siapa pemilik
suara itu. Hyun Ri.
“Lee Soo
dipanggil Bu Ahna di ruang BK,” ujar Hyun Ri di depan kelas.
“kok bukan Cho
Kyuhyun aja?” sahut Sungmin sambil cengengesan. Gila nih anak, pikirku dalam
hati. Aku menatapnya tajam.
“Hah? Kyuhyun?”
kasak kusuk mulai terdengar dari seluruh isi kelasku. “Cie cie, Kyuhyun
akhirnya punya yeojachingu juga, ya”
Ahh, sial
mereka! Rutukku dalam hati. Agaknya Hyun Ri bingung bagaimana menanggapi ucapan
mereka. Dia hanya tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan kelasku diikuti Lee
Soo dan bu Ahna, guru biologi ku.
Aku tidak menyia
nyiakan kesempatan ini, segera aku datang ke bangku Sungmin di bagian belakang.
“Maksudmu apa
berbicara seperti itu?” solotku pada Sungmin sambil memegang bajunya.
“Mianhe
kyuhyun... aku tidak sengaja, aku hanya bercanda!” Sungmin memohon mohon
kepadaku. Seisi kelas menatap aneh padaku.
“Bulshit kalian
semua!” teriakku marah. Entah kenapa kata itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Lalu aku berlari meninggalkan kelas.
Kenapa semua
orang selalu menjodoh jodohkan ku dengan Hyun Ri? Padahal aku sama sekali tidak
ada rasa sedikitpun untuknya. Memang dulu kami pernah dekat, tapi itu dulu dan
hanya sebatas sahabat
Sampai suatu
saat, teman teman memanggilku banci. Selalu saja bermain dengan yeoja. Aku
dihina habis habisan oleh mereka. Awalnya aku cuek, tak peduli. Tapi lama lama
aku berpikir. Hingga saat itu, aku tidak sengaja membaca diary Hyun Ri.
“Apa???!” Hyun Ri mencintaiku.
Aku kaget
setelah membacanya. Tidak terima persahabatan kami jadi rusak gara gara cinta.
Aku tidak suka dia mencintaiku. Sejak saat itu pula hubungan kami menjadi
renggang. Aku mulai menganggap Hyun Ri itu musuh terbesar ku. Persahabatan kami
hancur. Dan akulah yang menghancurkannya.
KYUHYUN’s POV
END/ HYUN RI’s POV
Sejak tadi pagi,
langit terlihat tak bersahabat. Sepertinya langit tidak ingin melihat kami
pulang dengan gembira. Karena tiba tiba hujan turun, ketika bel tanda pelajaran
berakhir dibunyikan.
Terpaksa aku berteduh, tempat
terdekat denganku saat ini adalah pos satpam. Ya Tuhan, kuatkan aku. Aku tidak
mau saat seperti ini asmaku kambuh. Aku kedinginan. Ku eratkan telapak tangan
ku kuat kuat lalu kutiup berkali kali, agar badanku sedikit hangat, tapi hasilnya
nihil. Aku sendirian di pos satpam ini. Teman teman banyak yang berteduh di
depan ruang kepala sekolah.
Aku menggigil kedinginan. Dadaku
sesak. Bibirku pucat.Tubuhku sedingin es.
SAKIT
Aku tak sanggup lagi menopang
tubuhku. Samar aku melihat beberapa teman berlari kearahku. Namun kurasakan
pandanganku memutih dan keseimbanganku lenyap entah kemana. Aku terjatuh. Aku
pingsan, untuk kesekian kali.
*******
“Nya, dateng ya,
ke pesta ultahku, esok lusa,” ujar Donghae saat dia menjemputku pulang sekolah.
“oh, ne. aku hampir lupa. Tenang saja, aku pasti datang” jawabku dengan penuh semangat.
“oh, ne. aku hampir lupa. Tenang saja, aku pasti datang” jawabku dengan penuh semangat.
Sore ini aku
berniat mangajak Jesicca pergi, menemani aku untuk mencari kado untukDonghae.
Donghae sangat baik kepadaku. Jadiaku ingin memberikado untuknya.
Tapi saat aku
telpon kerumahnya, pembantu nya bilang Sicca sedang keluar dengan temannya.
Terpaksa aku pergi sendiri.
Sesampainya di
mall, aku mulai memilih kado apa yang cocok untuk mereka berdua. Karena
ultahnya Kyuhyun satu hari lebih dari Donghae. Kado untuk Donghae tidak terlalu
susah mencarinya, dia suka memakai topi, jadi aku belikan topi berwarna biru.
Kini giliran Kyuhyun. Lama juga aku memikirkannya, hingga mataku tertuju pada
miniatur motor balap di etelase toko mainan di sampingku. Tanpa berpikir
panjang, aku langsung minta di bungkuskan dan membayarnya.
“Gomawo
Kyuhyun!” aku sangat mengenali suara itu. Aku menoleh ke sumber suara, aku
tercekat melihat pemandangan di depanku. Aliran darahku seolah berhenti. Sambil
menikmati es krim coklat vanilla, Jesicca tampak begitu bahagia jalan berdua
dengan seorang namja di sampingnya. Kyuhyun, Cho Kyuhyun sahabat kecilku.
Kyuhyun yang selalu kurindukan. Kyuhyun yang membenci ku. Ingin rasanya aku
berteriak disana, tapi kuurungkan. Untuk ap? Tak ada manfaatnya buatku, justru
memalukan diri sendiri. Aku segera bersembunyi di balik pilar. Aku tidak mau
mereka melihatku. Melihat kesedihanku.
*******
“Saengil chukkae
hamnida... Saengil chukkae hamnida... Saengil chukkae hamnida...” riuh tepuk
tangan memenuhi ruangan ketika Donghae meniup lilin.
Donghae memotong
blackforest yang penuh dengan potongan strawberry yang bikin ngiler itu.
Sekilas ia tersenyum ke arhaku. Lalu sambil membawa potongan kecil kue
ditangannya, dia datang mendekati tempatku berdiri. Sejurus kemudian dia
berlutut didepanku dan memberikan potongan kue tadi untukku.
“ini untukmu
Hyun Ri” ucapnya lirih.
Oh God!
Donghae
tersenyum manis, dan Donghae menyuapkan kue itu kemulutku, sambil berucap,
“gomawo”
“Lihat itu!”
Donghae menunjuk kearah langit diikuti dengan pemandangan seluruh undangan yang
hadir disana.
Kembang api yang
sangat indah, bertuliskan kalimat yang indah pula
-
I
LOVE YOU –
Benar benar kejutan yang tidak pernah
kuduga.
“Hyun Ri, saranghae, kamu mau tidak
menjadi yeojachinguku?” Donghae meraih jemariku, dan memegangnya erat.
Aku memejamkan
mata sejenak, untuk mengumpilkan kekuatan agar aku bisa menjawab “Ya,” namun
mulutku terkunci. Tidak sepatah kata pun keluar dari sana.
Aku hanya tersenyum.
Aku kaget kado
buat dia belum ku berikan. Sepertinya ini saat yang tepat. Segera kuambil kado
berpita biru dari dalam tasku lalu memberikannya ke Donghae.
Raut muka
Donghae kembali berseri, dia senang sekali mendapatkan kado dariku, walaupun
belum tahu isi dalamnya. Dia tersenyum menatapku.
“Donghae kamu
sahabat yang baik. Tapi sepertinya terlalu cepat kalau kita menjalin hubungan
yang lebih jauh.”
Tampak raut
kekecewaan tergambar dari wajahnya, namun buru buru dia tersenyum.
“aku akan
menunggumu Hyun Ri” ucaonya lagi lagi dengan tersenyum ramah.
Tiba tiba hujan
turun dengan derasnya. Untung saja acara sudah selesai, jadi para undangan bisa
segera pulang kerumah masing masing.
Donghae
mengantarku pulang kerumah. Saat itu hujan turun dengan deras. ini menyebabkan
lama perjalanan yang seharusnya hanya memakan waktu 45 menit menjadi lebih
lama.
“kuantar sampai
masuk dalam ya, Hyun Ri” tukas Donghae sambil mengambil payung dibawah joknya.
‘’eh, tidak
usah,” tolakku.
Donghae
memayungiku turun dari mobil.
Tiba tiba...
“Meongg...”
Aku mendengar
suara kucing mengeong.
“eh, kucing”
ujarku pada Donghae dalam perjalanan ke teras rumahku. Aku memandang
berkeliling mencari asal suara kucing itu. Donghae cuek saja. Mungkin dia tak
mendengar suaraku.
Aku dan Donghae
terus berjalan menerjang hujan. Mataku mencari dimana kucing itu berada.
Ternyata dia berada di seberang jalan, basah kuyup kehujanan.
Kami sudah
sampai di teras depan rumahku.
“emm, yasudah
Donghae, gomawo sudah mengantarku.” tukasku.
“ne, sudah
malam, kamu butuh istirahat. Gomawo sudah datang ke ultahku” ucap Donghae
tulus.
Aku tersenyum
dan mengangguk.
Donghae berjalan
menuju mobilnya, saat sampai di pintu gerbang rumahku, tiba tiba saja Donghae
berbalik dan berlarike arahku.
‘Hyun Ri,
saranghae” Donghae meraih kedua tangan ku. Seperti menggenggam sebongkoh es
batu, jemari Donghae dingin.
“gomawo, aku
juga sayang kamu, tapi kalau untuk...”
“aku tidak
meminta jawabanmu sekarang, aku akan menunggumu” jawabnya memotong ucapanku.
Sepertinya orang
orang dirumah sudah terlelap karena sekarang ini sudah jam 00:30, sehingga
mereka tidak menyadari kedatanganku.
“Meongg..”
Tanpa berpikir
panjang aku turun ke jalan, menerjang hujan yang semakin deras. jalanan sepi
saat itu. Kulirik jam yang melingkar ditanganku 01:05.
“puss...pusss”
kuraih kucing itu.
“hmm.. kamu akan
jadi kucing kesayanganku” gumamku tersenyum.
aku menyeberang
jalan, hendak kembali kerumah, udara malan tidak bersahabat denganku, jadi aku
memutuskan untuk membawa kucing ini pulang kerumahku.
Tiba tiba...
Ada suara motor
yang sangat memekakan telinga. Suara itu datang dari arah kiri jalan. Aku tidak
bisa melihat apa apa karena tiba tiba lampu jalan itu mati. Aku juga tidak
melihat cahaya lampu dari motor itu, aku hanya mendengar suara mesin motor itu
yang melaju sangat kencang.
Aku panik.
Mencoba mundur kebelakang.
“BRAKK!!
MEONGG!!!”
Aku terpental
jauh kesemak semak.
“ahh” rintihku.
Hujan masih belum ad tanda tanda untuk berhenti.
Lalu... banyak
cahaya menghampiriku. Sangat menyilukan hingga mengharuskanku menyipitkan mata.
Diantara cahaya cahaya menyilaukan itu, kulihat harabeoji yang mengulurkan
tangannya, dan aku menyambut uluran tangan itu. Lalu aku dan harabeoji berjalan
beriringan, berdua, sambil tersenyum cerah. Aku merasa kedamaian menyelimuti
hati hatiku. Bebas. Tenang.
HYUN RI’s POV
END / DONGHAE POV
Hmm.. Hyun Ri
sudah tidur belum ya?” gumamku. Aku merogih saku jeans ku. Mengambil hape dan
segera menelpon Hyun Ri. Aku menunggu Hyun Ri mengangkat telponku, namun sampai
3 telpon tak kunjung kudengar suara Hyun Ri.
Mm, mungkin dia
sudah tidur, pikirku. Aku belum mengantuk.
Ddrrt ddrrt
ddrrt... hapeku berbunyi. Pasti ini dari Hyun Ri, dengan semangat aku menekan
tombol OK.
“yoboseyo” sapa
nya. Eh? Ini bukan suara Hyun Ri.
“Donghae,
acaranya selesai jam berapa? Bisakah ahjumma bicara dengan Hyun Ri sebentar?’’
umma nya Hyun Ri ternyata.
Segera kutancap
gas kerumah Hyun Ri, tanpa pamit ke orang tua ku. Firasatku jadi tidak karuan.
*******
“tasnya ada
disini, tapi Hyun Ri tidak ada, sepatunya juga dilepas” ahjumma menunjuk tas hitam
dan sepatu yang tergeletak dilantai.
“Kalau tasnya
nggak dibawa, berarti dia tidak niat mau pergijauh dari sini, tidak pakai
sepatu pula” tukasku memberi ide.
“kalau begitu,
kita bagi tugas untuk mencari Hyun Ri, ahjumma coba menghubungi teman teman
Hyun Ri. Kau dan Donghae mencari di sekitar komplek” seru ahjumma.
Aku dan ajusshi
menyusuri jalan di depan rumah Hyun Ri yang sangat becek dan gelap.
DEG!!
Apa ini?
Desisku. Aku mengernyitkan dahi, melihat bercak merah berceceran disamping
jalan. Seperti darah.
“ajusshi, apa
ini?” Tanya ku pada ajusshi.
Ajusshi ikut
jongkok, dan memperhatikan bercak merah tadi.
“ne, ini darah”
jawab ajusshi lemah.
Lalu mataku
terhenti pada sepasang kaki, telanjang tanpa alas.
Tanganku
gemeteran memegang senter. Jantungku bergemuruh. Aku menepis firasat firasat
buruk yang menghantui pikiranku.
“HYUN RI!!!”
Teriakku saat
melihat wajah perempuan yang tergeletak berlumuran darah didepanku.
Refleks aku
mengecek denyut jantungnya. Jantungnya masih berdetak. Aku segera membopongnya
ke mobilku, di ikuti appa nya Hyun Ri yang sibuk menelpon umma nya Hyun Ri.
*******
Semua yang
disini tampak cemas. Takut terjadi sesuatu pada Hyun Ri.
“Ya Tuhan,
selamatkan Hyun Ri” doaku dalam hati.
Kriet...
Pintu UGD
terbuka perlahan.
“Dok, bagaimana
keadannya Hyun Ri?” tanya ahjumma cepat.
“Mianhe,
jeongmal mianhe, kami telah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak
lain”
Mendengar
keterangan dari dokter yang menangani operasi Hyun Ri, ahjumma langsung ambruk.
Pingsan. Semua menangis tak tertahan. Termasuk aku.
Pintu UGD
terbuka lebar. Tampak dua orang perawat mendorong sebuah kereta dorong keluar
dari UGD. Di atasnya terbaring tubuh kaku Hyun Ri yang sedang tertutup kain
kafan putih. Itu Hyun Ri.
Aku membekap
mulutku, kaget.
“Hyun Ri!!”
pekikku tertahan.
Air mataku terus
mengalir deras, kami semua tak kuasa menahan kesedihan yang sangat dalam ini.
DONGHAE’s POV
END / KYUHYUN’s POV
Aku pulang
kerumah jam 8 pagi. Aku menginap dirumah Sungmin. Karena semalam berpesta
merayakan ultahku.
“Tumben rumah
Hyun Ri rame sekali” pikirku saat melewati rumah Hyun Ri. Ah, bodo amat! Aku
ngantuk, pingin buru buru sampai rumah dan terlelap di kasur kesayanganku.
Aku memarkir
motor di garasi. Saat umma tiba tiba muncul dari balik pintu dengan memakai
baju serba hitam.
“annyeong umma”
sapaku riang.
Tiba tiba muka
umma berubah muram, ada kesedihan yang bergelayut dimatanya.
“sayang, kamu
yang sabar ya. Hidup dan matinya sudah ada yang mengatur. Tadi pagi sahabatmu,
Hyun Ri meninggal karena kecelakaan”
JGERRR!!!!!
Serasa ada petir
yang menghantam atap rumahku. Aku kehilangan keseimbangan. Kakiku terasa lemas.
Aku terduduk lemah dilantai.
“umma tau kamu
sedih. Umma juga merasakan hal yang sama. Hyun Ri sudah umma anggap seperti
anak umma sendiri. Sekarang mendingan kamu mandi sana, kita akan segera kerumah
Hyun Ri”
Aku hanya
terdiam, sepertinya umma tau betul aku masih shock mendengar berita itu.
*******
Seluruh keluarga
Hyun Ri berkumpul dalam tangis. Kesedihan terlihat jelas disana.
“ajusshi, boleh
aku melihat Hyun Ri untuk yang terakhir kali?” pintaku pada ajusshi.
Ajusshi membuka
kain yang menutup muka Hyun Ri.
Nafasku serasa
berhenti seketika, jantungku berdetak tak karuan. Aku melihat wajah Hyun Ri
yang tersenyum, seperti sedang tertidur lelap. Air mataku mengalir deras.
“mianhe, jeongmal mianhae Hyun Ri, kenapa kamu tidak kasih kesempatan untuk meminta maaf langsung kepadamu?” ucapku lirih.
“mianhe, jeongmal mianhae Hyun Ri, kenapa kamu tidak kasih kesempatan untuk meminta maaf langsung kepadamu?” ucapku lirih.
“aku janji, aku akan selalu jagain kamu, aku gak
akan ninggalin kamu”
Janji itu,
membuatku dan Hyun Ri selalu bersama sama, dalam keadaan apa pun, membuat orang
lain iri kepada kami.
Aku dan Hyun Ri
naik ke atas bukit.
“Hyun Ri, nanti
jadi istri Kyuhyun ya? Sambil memasangkan cincin janur di jari manis Hyun Ri.
Hyun Ri
tersenyum. “Ne, terus nanti kita punya anak banyak.
Seseorang
menepuk pundakku dari samping, sontak aku tersadar dari lamunanku 9 tahun lalu.
*******
Aku merasa tidak
adil, kenapa Hyun Ri yang harus pergi. Hyun Ri yeoja yang lembut dan selalu
baik kepada siapa pun. Harusnya aku yang mati duluan, bukan Hyun Ri. Aku sangat
menyesal dengan perbuatanku.
Ini tidak
mungkin terjadi kalau aku tidak menghindar darinya. Aku ingin waktu berhenti dan kembali ke 9
tahun yang lalu. Aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin bilang kalau aku
juga menyayanginya. Tapi aku takut jika suatu saat kita tidak berjodoh lalu
kami saling membenci dan aku belum siap kehilangan sahabat sebaik Hyun Ri. Jadi
aku pendam saja rasa ini. Ahh.. aku bodoh!!
Tiba tiba...
Ahjumma
menyondorkan sebuah buku tebal dan sebuah kotak berwarna biru. Di sana tertulis
“Hyun Ri’s Diary”. Refleks aku menyodorkan buku itu ke ahjumma.
“Aku tidak
berhak membaca buku itu, ahjumma” tukasku singkat.
“Tidak, justru
kau yang paling berhak membaca diary ini, karena Cuma kau yang tertulis disini”
ujar ahjumma menyodorkan diary itu padaku.
Perlahan aku
membuka diary itu. Aku mengenal tulisan itu. Hyun Ri yang menulisnya.
Dear Diary...
Matahari sedang beranjak dari edarannya saat aku
menggoreskan tinta diatas kertas ini. Aku tersenyum mengingatnya, mengingat
kebersamaan kami, dan janji yang pernah terucap untuk selalu bersama, selalu
menjagaku, 9 tahun lalu. Walau kini, dia berpaling kepadaku, tak bisa kupungki
aku tetap merindukannya. Aku tetap tegar dan selalu memaafkannya. Aku yakin,
suatu hari nanti dia pasti mengerti dan akan kembali kepadaku.
Aku tidak kuat
untuk melanjutkan membaca surat Hyun Ri, aku semakin merasa bersalah padanya.
Lalu aku membuka lembar demi lembar disana.
*******
Syukurlah, bel
tanda berakhirnya pelajaran yang dari tadi aku tunggu tunggu akhirnya bunyi
juga. Aku tidak bisa konsen, masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.
Seharian aku melamun di kelas.
“Kyuhyun, kamu
kenapa? Jangan frustased gitu lah! Kamu kan sngat membenci Hyun Ri, harusnya
kau tidak merasa kehilangan seperti ini, bukannya dulu, ada atupun tidak ada
Hyun Ri tidak ngaruh apa apa buatmu?” tukas Sungmin ringan.
“Jangan sok tau!
Asal kamu tau ya! Aku sayang sekali sama Hyun Ri, lebih dari sayang pada diriku
sendiri” teriakku.
Lalu secepat
kilat aku tancap gas dengan kasar, motorku melaju sangat kencang meninggalkan
sekolah.
Lalu dari arah
yang berlawanan meluncur truk dengan muatan kayu melaju dengan kecepatan tak
kalah kencang, dan...
BRAKK!!
Kyuhyun, kamu
lama sekali” ucap gadis itu padaku.lalu perlahan dia menghampiriku.
“Hyun Ri!”
pekikku. “kau ada disini, kau masih hidup Hyun Ri. Hahaha.. :DD” aku memeluk
Hyun Ri, seperti analkecil yang menemukan mainannya. Hyun Ri mengernyit heran.
Namun aku tak peduli. Aku tetap memeluknya,semakin erat.
“Ne, aku janji
aku bakal selalu jujur sama perasaanku sendiri. Aku tidak akan luput sedikitpun
dari kamu.
“Ne Kyuhyun,
tapi lepasin dulu [elukanmu. Aku tidak bisa bernapas nih!”
Aku hanya
tersenyum, lalu mencium keningnya lembut. Hyun Ri mengulum senyum manisnya,
dengan pipi merah merona.
“yaudah, ayo
naik!” dalam hatiku bertanya, kapan aku pernah berjanji mau mengajak Hyun Ri
pergi? Ahh, bodo amat! Yang penting aku bahagia bisa bertemu Hyun Ri lagi.
Hyun Ri, mianhe.
Selama ini aku udah jahat ke kamu. Aku nyuekin kamu bahkan menganggapmu...,”
“Shhttt” belum selesai pertanyaan ku,
tiba tiba Hyun Ri menyentuh bibirku dengan satu jarinya.
“aku udah maafin
kamu Kyuhyun. Aku ngerti, kamu bersikap seperti itu pasti ada alasannya,” Hyun
Ri berkata dengan sangat lembut. Tak ada kebencian ataupun dendam dimatanya.
Aku semakin merasa bersalah.
“aku belum siap,
aku takut kalau ternyata kita tidak berjodoh, aku nyakitin kamu atau
sebaliknya, dan hal ini akan membuat persahabatan kita hancur. Aku tidak mau
itu terjadi. Maafkan aku” penyesalanku tidak mampu menahan air mata yang sedari
tadi berlomba untuk keluar.
Hyun Ri
tersenyum memandangku. Dengan lembut dia menyentuh pipiku, mengusap air mata
yang terlanjur mengalir disana. “ne, aku sudah memaafkanmu Kyuhyun”
“aku sangat
sayang sama kamu, aku cinta benget sama kamu” aku ingin Hyun Ri tau kalau aku
sayang sama dia.
Hyun Ri
menatapku lama, tiba tiba raut mukanya berubah sedih. Lalu dia tersenyum.
“Gomawo udah
jujur Kyuhyun, hari ini paling bahagia buatku, gomawo” ucapnya sambil
mempererat genggaman kami, seolah tidak mau lepas.
‘Walau saat
inikita tidak bisa bersama, aku yakin suatu hari nanti kita akan bertemu
kembali dan merangkai cinta kita. Aku cinta kami Kyuhyun, dan selamanya akan
selalu begitu.
“Maksud kamu
apa?” tanyaku gusar.
“Aku harus
pergi. Maaf aku tidak bisa menuruti permintaanmu untuk tetap tinggal
disampingmu, tapi percayalah kebersamaan kita selama ini adalah hal yang
terindah dalam hidupku. Dan aku akan berjanji di kehidupan selanjutnya, kita
akan bersama selamanya”
“Hyun Ri, kamu
ngomong apa? Aku tidak mengerti”
Aku heran. Tidak
lama kemudian...
Aku melihat dia
tersenyum sambil melambaikan tangan. Ada cahaya putih yang perlahan semakin
terang, sedikit demi sedikit. Kenapa kepala ku terasa berat untuk digerakan?
Semuanya putih. Aku dimana? Tempat apa ini? Dimana Hyun Ri?
Aku mengamati
sekeliling. Tiba tiba bau obat obatan masuk ke hidungku, mual... aku ingin
muntah, tapi sepertinya perutku kosong.
Lalu perlahan
pintu didepan ku terbuka, umma tiba tiba muncul dan berjalan ke arahku.
“Kyuhyun! Kau
sudah siuman nak.” Umma memelukku, menciumku. Seperti orang yang sudah lama
tidak bertemu.
“Umma, aku
kenapa? Kok bisa ada disini?”
“Kamu kecelakaan
sewaktu pulang dari sekolah sayang, lalu kamu dirawat dirumah sakit ini.
Benturan keras di kepalamu membuat pendarahan di otak, dan kamu koma dalam
seminggu” jelas umma lembut.
Aku mencoba mengingat
peristiwa itu, aku marah dan aku mengendarai motor sangat kencang. Lalu dari
arah yang berlawanan sebuah truk menabrak motorku, lalu aku terhempas ke jalan.
Pantas saja orang orang begitu kaget melihatku.
“Umma, aku
ketemu Hyun Ri” ucapku lemah.
Lalu meluncur
ceritaku saat bertemu Hyun Ri.
“Hyun Ri pamitan
sama kamu, sayang.. sekarang kamu harus ikhlas dengan kepergiannya, dia yeoja
yang baik, pasti dia juga bahagia disana” ucap umma bijak.
Aku tersenyum
menerawang. Aku pasti bisa!
Hyun Ri, walaupun
kamu sudah pergi, sampai kapanpun kamu akan selalu dihatiku. Aku tidak akan
pernah menyesali kepergianmu, aku akan melangkah ke depan, seperti permintaan
mu kepadaku.
Aku mencintai mu
Hyun Ri... dulu, sekarang dan selamanya.
~THE END~
Komentar
Posting Komentar