Tanggal 4 Juli 2021. Saatnya aku harus kembali ke perantauan melanjutkan rutinitas bekerja setelah menikmati indahnya cuti bersama keluarga. dan pacar tentunya hehehe. Hmmm cuti yang paling menyenangkan dan yang paling berkesan selama kurang lebih 4 tahun aku merantau ke luar kota sampai ke luar pulau. Ditengah - tengah pandemi ini, akhirnya aku bisa menikmati cuti ku dengan liburan ke beberapa tempat wisata di beberapa daerah diantaranya Batu, Bromo, Tawangmangu, dan sekitar Madiun. Dengan menerapkan prokes tentunya.
"Ini aja nduk yang dibawa?", tanya Bapakku sambil berjalan membawakan koper dan tas-tas ku menuju mobil travel yang akan mengantarku ke Bandara yang sudah stand by didepan rumah dengan datang tepat waktu pukul 8 pagi.
"Iya pak.", jawabku singkat. Aku sedang memakai sepatuku di teras rumah di temani oleh ibu, kakak, dan keponakan-keponakanku yang sudah siap mengantar kepergianku.
Setelah selesai mengikat sepatu ku, aku segera berdiri untuk berpamitan dan mencium keluargaku satu persatu, termasuk Bapak.
"Cepat sembuh ya pak", kataku tanpa melepaskan genggaman tanganku.
"Iya nduk. Jaga kesehatan ya disana Hati-hati.", pesan Bapakku. Bapakku memang sedang tidak enak badan. Saat ku cium, badannya terasa hangat. Sesekali beliau juga batuk kering. Tetapi batuknya tidak parah dan sudah dari lama, sekitar 3 minggu. Biasanya Bapakku kalau batuk memang lama sekali sembuhnya. Alhamdulillah sebelum pulang hasil Antigen Bapakku negatif. Mungkin karena kecapekan saja pikirku.
Setelah berpamitan dengan suasana haru, akhirnya aku meninggalkan keluargaku. "Dadaaah", seruku sambil melambaikan tangan dari dalam mobil. Tidak lupa aku juga merekam momen haru tersebut di handphone. Terlihat senyuman Bapak begitu sumringah. Wajahnya yang berseri-seri selalu memancarkan sinar walaupun belum mandi pagi. hehehe.
Tanggal 6 Juli 2021. 2 hari semenjak kepergianku ke Kalimantan Barat. Kondisi Bapak belum membaik yang mengharuskan beliau harus istirahat dirumah dan terpaksa belum bisa kembali bekerja.
Tanggal 8 Juli 2021. Kondisi Bapak belum membaik juga. Batuk nya semakin parah. Mau makan pun susah karena kalau dipaksa makan batuk nya akan semakin menjadi-jadi. Saat video call pun Bapak sudah tak banyak bicara karena sudah kesulitan untuk berbicara akibat batuk. Sedih. Dan bingung. Tapi aku tidak boleh terlihat sedih di depan Bapak. "Semangat ya pak. Bapak kuat. Gak boleh sedih kan ada kita disini. Berdoa ya pak. Cepat sembuh ya pak", kataku dengan penuh semangat melalui Video Call bersama Ibuku di samping Bapak. "Ngg.. Uhuk... Uhuk...", jawab Bapakku.
Tangisku pun pecah setelah aku tau keadaannya yang cukup membuat aku ikut merasa sakit. Ya Allah...
Tanggal 9 Juli 2021. Kondisi Bapak masih belum membaik. Akhirnya Bapak melaksanakan RT-PCR dan dibawa ke rumah sakit diantar kakakku untuk berobat ke poli paru. Sampai disana, dokter nya pun ragu untuk memeriksa tubuh Bapak secara langsung. "Sudah gejala Covid-19 ini pak.", katanya.
Tanggal 10 Juli 2021. Kondisi Bapak memburuk. Yang kemarin masih bisa diajak jalan untuk berobat, hari ini tubuh Bapak sudah tak berdaya. Nafasnya semakin sesak. Dada nya semakin sakit. Perutnya kram. Makanan pun semakin susah masuk ke tubuh bapak karena kalau dipaksa makan, dada nya akan semakin sakit.
Siang hari nya yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Hasil RT-PCR Bapak akhirnya keluar juga. Dan ternyata hasilnya Bapak dinyatakan Positif Covid-19 dengan gejala berat.
Deg!!!
Hancur. Tangisku pun pecah. Rasa khawatir, takut, sedih, semuanya jadi satu. Ingin sekali aku memeluk Bapakku. Tapi apalah daya. Kami terpaut jarak yang jauh. Dekat pun tidak boleh dipeluk.
Dengan segala upaya, kami akhirnya berhasil mendapatkan oksigen. Bapakku di isolasi mandiri dirumah dengan bantuan oksigen dan infus. Kondisi nya sempat membaik. Tetapi tidak lama kemudian memburuk lagi. Sangat tidak stabil. Badannya semakin kurus dan pucat. Bapakku sudah tidak berdaya lagi, bahkan buat duduk pun sudah tidak sanggup. Ibuku dan kakakku yang merawat Bapak dengan sepenuh hati saling bekerja sama. Mereka yang merawat Bapak dirumah. Dari mulai minum, ganti baju, sholat (dengan berbaring tentunya), mengelap badannya, sampai buang air kecil maupun besar.
Hari demi hari kondisi Bapak tidak ada kemajuan. Semakin hari semakin memburuk. Sudah berusaha mencari Rumah Sakit mandiri pun selalu di tolak. Sudah ada 4 Rumah Sakit yang menolak Bapak karena penuh dan masih antri. Akhirnya, dengan segala cara dan upaya, pada tanggal 14 Juli 2021, akhirnya kami mendapatkan kamar di RSUD setempat untuk Bapak mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
"Gak apa ya pak, semangat ya biar bapak bisa sembuh", kata kakakku saat mengantarkan Bapak menuju mobil ambulans dibantu dengan para petugas yang sudah stand by di depan rumah.
"Iya", jawab Bapakku dengan susah payah.
Setelah itu, hari demi hari kami lalui dengan penuh tangisan sedih dan doa penuh harapan. Kami sudah tidak bisa melihat wajah Bapak lagi, melalui virtual sekalipun. Rindu dan khawatir, tetapi penuh harapan. Kata-kata semangat selalu kami lontarkan melalui chat whatsapp kepada Bapak walaupun tidak ada yang di balas. Tetapi tidak apa. Bapak sudah baca saja kami sudah senang. Setidaknya bisa menambah sedikit rasa semangat Bapak dalam melawan ganas nya virus Covid yang ada di tubuh Bapak.
19 Juli 2021. Terdengar suara takbir menggema dimana-mana. Suasana malam yang mengharukan. Perasaanku sangat bingung. Aku senang bisa merasakan malam Idul Adha. Tetapi aku juga sedih memikirkan kondisi Bapak yang semakin hari semakin memburuk. Bapak pasti sudah sangat kurus disana. Sudah 2 minggu lebih Bapak tidak bisa makan. Saturasi oksigen nya pun semakin hari semakin menurun sampai menyentuh angka 77%.
Malam hari nya saat Pukul 22.25 WIB, akhirnya doa kami di jawab oleh Allah SWT.
Akhirnya Bapak sudah tidak merasakan sakit lagi.
Akhirnya Bapak sudah tidak perlu susah-susah mencari nafkah lagi jauh-jauh ke luar kota.
Allah pasti sangat sayang sama Bapak. Allah yang Maha Pemilik Semesta mengambil Bapak pada malam Idul Adha yang sedang berusaha melawan ganas nya virus Covid-19. Masya Allah... Insya Allah Husnul Khotimah.
=========================================================================
Semalam adalah tepat Hari Ketujuh Kepergian Bapak. Subhanallah, rasanya masih belum percaya pak. Begitu sulit menerima kenyataan bahwa Bapak begitu cepat meninggalkan kita. Begitu sakit membayangkan perjuangan Bapak melawan Covid sendirian di Rumah Sakit tanpa kita. Begitu hancur saat kita jemput bapak ke RS, kami tidak sempat melihat Bapak lagi bahkan untuk memeluk Bapak yang terakhir kalinya pun sudah tidak bisa. Sesampainya aku di rumah pun, Bapak sudah dahulu dimakamkan. Semua terjadi begitu cepat pak.
Tiada hari tanpa doa untuk Bapak. Dalam rangka mengenang 7 hari kepergian Bapak, Al Fatihah...
🥺🥺🥺
BalasHapusTurut berduka 🙏